MENYONGSONGHARI KEMERDEKAAN INDONESIA, MASYARAKAT MENGGUGAT HILANGNYA JALAN PEGANGSAAN TIMUR 56 JAKARTA, YANG SEKARANG DIGANTI MENJADI JALAN PROKLAMASI. DEW
[PORTAL-ISLAM] Dulu, waktu kita SD, dipelajaran Sejarah pasti disebut sebuah lokasi yang begitu akrab di telinga kita sebagai tempat digaungkannya Proklamasi Kemederkaan Indonesia, yaitu rumah di jalan Pegangsaan Timur no 56 Jakarta. Siapa yang tahu kalau rumah bersejarah itu adalah milik keluarga keturunan Arab yang kemudian dihibahkan untuk perjuangan Indonesia. Bu Megawati memang kudu banyak baca sejarah kembali. ADA dua peristiwa penting dalam sejarah bangsa Indonesia yang setiap tahun kita peringati, yaitu deklarasi Indonesia merdeka dan dibacakannya naskah proklamasi kemerdekaan atas nama bangsa Indonesia oleh Soekarno dan Hatta yang berlangsung di Jalan Pegangsaan Timur 56, Jakarta. Rumah bersejarah di Pegangsaan Timur 56, Jakarta itu kini menjadi saksi bisu sejarah bangsa Indonesia. Ditempat inilah proklamasi dikumandangkan dan bendera kebangsaan Indonesia yang dijahit Ibu Fatmawati Soekarno dikibarkan pertamakali. Rumah bersejarah tempat dimana deklarasi Indonesia merdeka dan detik-detik sebelum naskah proklamasi dibacakan, ada peran salah seorang tokoh yang layak untuk tidak kita lupakan dan luput dari catatan sejarah anak bangsa. Tokoh ini memiliki peran amat penting dan punya andil besar sehingga republik ini berdiri tegak dengan merdeka di atas bangsanya sendiri. Tokoh ini bernama Faradj bin Said bin Awadh Martak, ayahanda Muhammad Yusuf Martak salah seorang pendiri dan pembina GNPF-MUI. Faradj bin Said bin Awadh Martak seorang saudagar Arab kelahiran hadramaut, Yaman, yang menghibahkan rumah miliknya di Pegangsaan Timur 56 kepada pemerintah Indonesia, rumah yang pernah dihuni oleh Sang Proklamator dan keluarga kesayangannya, rumah tempat dijahitnya Sang Saka Merah Putih oleh Ibu Fatmawati, rumah tempat di deklarasikannya “Indonesia Merdeka” dan naskah “Proklamasi” kemerdekaan Indonesia dikumandangkan. Di rumah ini pula detik-detik sebelum kemerdekaan, proklamator kita sempat meminum “madu Arab” kiriman dari Faradj bin Said bin Awadh Martak. Kelak madu itulah yang menurut Bung Karno sangat membantunya pulih dari kelelahan dan bisa memberinya stamina bangkit membacakan naskah proklamasi diiringi dengan pidato singkatnya. Pada 17 Agustus 1945 pukul 2 jam sebelum pembacaan naskah proklamasi, Bung Karno masih tertidur lemas di kamarnya, di Jalan Pegangsaan Timur 56, Cikini. Kala itu, Soekarno terkena gejala malaria tertiana. Suhu badannya tinggi dan sangat lelah setelah begadang bersama para sahabatnya menyusun konsep naskah proklamasi di rumah Laksamana Maeda. Bahkan sehari sebelumnya, Soekarno berikut istri dan anaknya Guruh yang masih dalam gendongan, bersama Hatta sempat dibawa ke Rengasdengklok. Peristiwa Rengasdengklok adalah peristiwa penculikan yang dilakukan oleh sejumlah pemuda pelopor terhadap Sorkarno dan Hatta. Peristiwa ini terjadi pada tanggal 16 Agustus 1945 pukul WIB, Soekarno dan Hatta dibawa Rengasdengklok Karawang untuk kemudian didesak agar mempercepat proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, sampai dengan terjadinya kesepakatan antara golongan tua dengan golongan muda tentang kapan proklamasi akan dilaksanakan. Selama di Rengasdengklok Soekarno dan keluarganya, juga Hatta berada dalam penjagaan perlindungan keamanan oleh Shodanco Umar Bahsan, pemuda keturunan Arab yang terlatih menjadi tentara Pembela Tanah Air PETA. Setelah peristiwa Rengasdengklok itulah, malam kepulanganya pada tengah malam ke Jakarta, Bung Karno meminum madu Arab kiriman Faradj bin Said bin Awadh Martak dan barulah pada keesokan harinya mendapatkan perawatan oleh dokter pribadinya. Pukul Bung Karno terbangun. Berpakaian rapi putih-putih dan menemui sahabatnya, Bung Hatta. Tepat pukul keduanya memproklamasikan kemerdekaan Indonesia dari serambi rumah. Dan bersama rakyat yang ikut menyaksikan peristiwa bersejarah tersebut, menyanyikan lagu kebangsaan sambil mengibarkan bendera pusaka Merah Putih. Atas jasanya itu, pemerintah RI kemudian memberinya ucapan terima kasih dan penghargaan kepada Faradj bin Said Awadh Martak. Ucapan tersebut disampaikan secara tertulis atas nama Pemerintah Indonesia pada tanggal 14 Agustus 1950, yang ditandatangani oleh Ir. HM Sitompul selaku Menteri Pekerdjaan Umum dan Perhubungan Republik Indonesia. Dalam ucapan terima kasih tersebut juga disebutkan bahwa Faradj bin Said Awadh Martak juga telah membeli beberapa gedung lain di Jakarta yang amat berharga bagi kelahiran negara Republik Indonesia. Surat Penghargaan Ucapan Terimakasih Pemerintah RI untuk Faradj Martak Sekali lagi buat ibu Megawati Soekarno Putri, ingat pesan ayahanda Soekarno yang sangat terkenal itu... "JAS MERAH" Jangan sekali kali melupakan sejarah. Kalau bu Mega lelah, coba minum "madu arab" dulu biar sehat __ Sumber DLL
Pada17 Agustus 1945, di halaman rumah jalan Pegangsaan Timur No 56, Jakarta, Soekarno - Hatta atas nama Bangsa Indonesia Proklamasi, Pengangsaan Timur 56, dan Keturunan Arab - Result
- Proklamasi kemerdekaan Indonesia dikumandangkan oleh Soekarno pada 17 Agustus 1945. Pelaksanaan proklamasi kemerdekaan RI dilakukan di kediaman Soekarno, di Jalan Pegangsaan Timur No. 56, Jakarta Pusat. Rencana awalnya, pelaksanaan proklamasi akan dilaksanakan di Lapangan Ikada, tetapi tidak apa penyebab tempat pembacaan teks proklamasi tidak jadi dilaksanakan di Lapangan Ikada? Baca juga Perumusan Naskah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia Menghindari bentrokan dengan Jepang Awalnya, pelaksanaan proklamasi 17 Agustus 1945 direncanakan di Lapangan Ikada, tetapi Soekarno tidak menyetujuinya dan memindahkan ke Jalan Pegangsaan Timur No 56, pemindahan tempat pelaksanaan adalah untuk menghindari bentrokan dengan pasukan Jepang yang sudah lebih dulu memenuhi Lapangan Ikada pada 17 Agustus 1945 pagi hari. Pada 16 Agustus 1945 malam, ketika perumusan naskah proklamasi dilakukan di rumah Laksamana Maeda, diputuskan bahwa upacara akan dilakukan di Lapangan Ikada. Beberapa pihak yang diharapkan hadir, seperti para tokoh pergerakan dan segenap Barisan Pelopor, diberi informasi bahwa proklamasi akan dilaksanakan pada 17 Agustus 1945 pukul di Lapangan Ikada. Informasi ini tidak hanya disampaikan secara langsung, tetapi juga lewat telepon serta surat yang dibawa oleh kurir. Sayangnya, berita ini juga terdengar oleh pihak Jepang. Baca juga Rapat Raksasa di Ikada, Sebulan Setelah Indonesia Merdeka
NaskahProklamasi kemerdekaan RI dibacakan untuk pertama kalinya oleh Presiden Soekarno pada tanggal 17 Agustus 1945 di halaman kediaman Soekarno Jalan Pegangsaan Timur No. 56. Rumah bersejarah ini, yang dulu disebut "Gedung Proklamasi", sudah tidak ada lagi sejak tahun 1960, Bung Karno menyetujui usul Wakil Gubernur Daerah Chusus Jakarta (DCI
› Opini›Bung Karno, dari Oranje... Setelah diasingkan di Padang, Bung Karno ”kembali” ke Jawa pada 1942 dan tinggal di Oranje Boulevard, kini di Jalan Diponegoro, dan kemudian pindah ke rumah di Jalan Pegangsaan Timur Nomor 56. KOMPAS/SUPRIYANTO SupriyantoTanggal 17 Agustus 2021 kita memperingati Hari Kemerdekaan Ke-76 RI. Setiap menyambut Hari Proklamasi kita teringat alamat sebuah lokasi di Jakarta, Jalan Pegangsaan Timur Nomor 56, sekarang Jalan Proklamasi bagian depan rumah yang luas pekarangannya itulah pada 17 Agustus 1945 Soekarno dan Mohammad Hatta mengumandangkan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Dari rumah Bung Karno itulah perjalanan republik ini dimulai. Di lokasi yang pernah menjadi kediaman Bung Karno itu kini berdiri Gedung Perintis Kemerdekaan sebelumnya disebut Gedung Pola dan Gedung Proklamasi, sebuah tugu yang di puncaknya ada kilatan petir, replika Tugu Peringatan Satu Tahun Proklamasi, serta Monumen Pahlawan kisah rumah di Jalan Pegangsaan Timur 56 itu pernah menjadi kediaman Bung Karno dan kemudian dikenang sebagai salah satu tempat bersejarah negeri kita? Ada serangkaian cerita tentang hal Karno ke JawaSemenjak awal pendudukannya di Indonesia, Jepang menyadari bahwa mereka membutuhkan dukungan para pemimpin, tokoh politik, dan masyarakat negeri jajahannya ini. Tokoh-tokoh yang sudah dikenal luas masyarakat, apalagi yang kharismatik, didekati untuk membantu pemerintah jajahan dan menggerakkan potensi rakyat di berbagai pemerintah pendudukan Jepang memerlukan tokoh sekaliber Soekarno yang aktivitasnya ketika itu sudah luas dikenal juga Jejak Sejarah ”Putra Sang Fajar” di Bumi RaflesiaSewaktu Jepang menginvasi Indonesia, Bung Karno tengah dalam pengasingan politik oleh pemerintah kolonial Belanda di Bengkulu. Bung Karno dipindahkan dari Ende, Flores, pada 1938. Menyadari posisinya kian terdesak, Belanda lalu mengungsikan Bung Karno dan keluarganya ke Padang, dan menurut rencana terus ke karena Belanda panik dan ketiadaan transportasi untuk membawa Bung Karno keluar Padang, beliau masih di Padang saat Jepang masuk kota tersebut, 17 Maret 1942 Audrey Kahin, Dari Pemberontakan ke Integrasi Sumatra Barat dan Politik Indonesia 1926-1998, 2005.Kehadiran segera Bung Karno di Pulau Jawa dinantikan Jepang dan kawan-kawan seperjuangannya semasa pergerakan melawan pemerintah kolonial Belanda, antara lain Mohammad Hatta dan Sutan Sjahrir. Namun, mengingat situasi yang belum menentu di awal pendudukan Jepang, perjalanan Bung Karno kembali ke Jawa sempat tersendat, bahkan agak sebuah perahu bermotor berukuran panjang 8 meter, Bung Karno, istrinya, Inggit Garnasih, Kartika anak angkat mereka, dan Riwu pembantu keluarga sejak di Ende, Flores, dikawal dua tentara Jepang, bertolak dari Palembang, awal Juli 1942. Ikut pula dalam rombongan kecil tersebut, dua anjing peliharaan keluarga Bung Karno, Ketuk Satu dan Ketuk mengarungi laut bergelombang yang membuat penumpangnya ciut hati dan mabuk laut, selama empat hari, perahu itu mendarat di pelabuhan Pasar Ikan, Jakarta, 9 Juli 1942 Cindy Adams, Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia, 1965. Cetakan ke-6, 2000; John D Legge, Sukarno Sebuah Biografi Politik, 1972; Lambert Giebels, Soekarno Biografi 1901-1950, 2001; Mohammad Hatta, Indonesian Patriot Memoirs, 1981.Baca juga Warisan Kepemimpinan Soekarno-Hatta, Gelorakan Persatuan di Sanubari RakyatUniknya, kisah perjalanan Bung Karno ini disinggung Tan Malaka dalam karya monumentalnya, Madilog. Di bagian pendahuluan, Tan Malaka membandingkan pelayaran Bung Karno dari Palembang ke Jakarta, dengan perjalanannya dari Teluk Betung ke tujuan yang sama, memakai perahu layar kecil Seri Renjet yang sudah tua dan bocor di Malaka menceritakan, sepanjang pelayaran gerak maju perahu layar tersebut dipermainkan angin. Sementara perahu yang ditumpangi Bung Karno, menurut Tan Malaka, juga ditarik sebuah kapal bermotor Jepang. Alhasil, kendati Teluk Betung lebih dekat ke Jakarta, perjalanan Tan Malaka memakan waktu lebih lama Tan Malaka, Madilog, Teplok Press. Cetakan Ketiga, April 2000.Sesampai di Jakarta, apakah Bung Karno dan keluarganya langsung tinggal menetap di Jalan Pegangsaan Timur 56? Ada yang mengatakan bahwa di hari pertama di Jakarta, Soekarno sekeluarga menginap di kediaman Bung Hatta di Oranje Boulevard yang kini bernama Jalan Diponegoro John D Legge, 1972.Ada yang mengatakan bahwa di hari pertama di Jakarta, Soekarno sekeluarga menginap di kediaman Bung Hatta di Oranje Boulevard yang kini bernama Jalan ada juga catatan bahwa di Jakarta, keluarga Bung Karno awalnya menginap di Hotel Des Indes, Harmoni, yang kemudian menjadi kompleks pertokoan Duta Merlin Ramadhan KH, Kuantar ke Gerbang Kisah Cinta Ibu Inggit dengan Bung Karno, 1988; Walentina W de Jonge, Sukarno-Hatta Bukan Proklamator Paksaan, 2015.Penguasa militer Jepang memang sudah menyiapkan berbagai keperluan Bung Karno kantor, staf, mobil, dan sebuah rumah Bob Hering, Soekarno Bapak Indonesia Merdeka. Jilid 1, 1901-1945, 2003.IPPHOS Pembicaraan antara Presiden Soekarno dan Wakil Presiden Mohammad Hatta sekitar pembentukan Kabinet, Juni rumah yang luasBeberapa buku memastikan bahwa Soekarno dan keluarganya tidak langsung tinggal menetap di Jalan Pegangsaan Timur 56, tetapi mulanya pernah di sebuah rumah cukup besar bertingkat dua di jalan raya daerah elite Menteng, Oranje Boulevard Lambert Giebels, 2001; Ramadhan KH, 1988; Soebagijo IN penyunting, Mr Sudjono Mendarat dengan Pasukan Jepang di Banten 1942, 1983.Bung Karno sendiri tidak jelas menyebut alamat rumah tinggalnya yang pertama di Jakarta. Beliau hanya mengatakan bahwa ”Jepang telah menyediakan sebuah rumah bertingkat dua dan manis potongannya, terletak di sebuah jalan raya Jakarta” Cindy Adams, 2000.Namun, setelah beberapa waktu, Bung Karno dan Bu Inggit merasa kurang senang tinggal di rumah bertingkat dua di Oranje Boulevard kemudian dipastikan posisinya di Jalan Diponegoro Nomor 11 itu Lambert Giebels, 2001. Bagi mereka, rumah itu terasa tidak cukup luas untuk menerima tamu Bung Karno yang semakin video Inggit 1 Srikandi di Balik Kemerdekaan IndonesiaKetidaksenangan tinggal di rumah bertingkat itu diakui sendiri oleh Bung Karno Cindy Adams, 2000. Bu Inggit juga merasa selain rumah kurang besar, ”suamiku tidak senang naik turun tangga di rumah bertingkat itu” Ramadhan KH, 1988. Mereka ingin tinggal di rumah yang lebih besar dan nyaman dengan halaman 20 tahun yang lalu, Kompas memuat tulisan seorang pelaku sejarah yang mengetahui asal mula Bung Karno tinggal di Jalan Pegangsaan Timur 56. Dalam artikelnya berjudul ”Merah Putih, Ibu Fatmawati, dan Gedung Proklamasi” Kompas, 16 Agustus 2001, Chairul Basri menceritakan pengalamannya ikut mencarikan rumah untuk Bung Basri yang pensiun sebagai mayor jenderal TNI AD, dan pernah menjadi Sekretaris Jenderal Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi 1966-1979, kemudian menuliskan kisah itu dengan lebih rinci dalam bukunya, Apa yang Saya Ingat 2003.Ceritanya berawal ketika Chairul Basri diminta seorang pejabat Jepang, Shimizu Hithoshi, dari badan propaganda, untuk mencarikan rumah bagi keluarga Bung Karno. Bersama seorang teman, Adel Sofyan, keduanya bersepeda berkeliling daerah akhirnya menemukan sebuah rumah yang luas pekarangannya di Jalan Pegangsaan Timur Nomor akhirnya menemukan sebuah rumah yang luas pekarangannya di Jalan Pegangsaan Timur Nomor 56. Keduanya merasa rumah ini cocok bagi Bung Karno. Chairul teringat pesan Bung Karno ”Saya ingin mendiami rumah yang luas pekarangannya agar saya dapat menerima rakyat banyak” Chairul Basri, 2003.Rupanya rumah itu milik seorang Belanda yang sudah diinternir Jepang. Istrinya masih menghuni rumah tersebut. Wanita Belanda itu diminta mengosongkan rumah tersebut dan dipindahkan ke Jalan Lembang, juga di daerah Menteng. Bung Karno setuju pindah ke Jalan Pegangsaan Timur Nomor baik dalam artikel di Kompas dua dasawarsa lalu itu maupun dalam bukunya, Chairul Basri tidak menjelaskan apakah rumah di Pegangsaan Timur itu rumah pertama Bung Karno di Jakarta setelah kembali dari Sumatera ataukah rumah berikutnya setelah sempat menghuni rumah di Oranje Upacara peringatan Hari Proklamasi Kemerdekaan RI di Jalan Pegangsaan Timur No 56, Jakarta, 17 Agustus 1952. Anak-anak bermain bola di Tugu Proklamasi, Minggu 22/4/2012.Ketika menempati rumah yang kemudian menjadi tempat diproklamasikannya Kemerdekaan Indonesia, Bu Inggit Garnasih sempat tinggal di rumah tersebut. Bu Inggit merasa lebih nyaman di Pegangsaan Timur 56, yang selain luas halamannya juga memiliki banyak kamar dan ada paviliunnya Ramadhan KH, 1988.Setelah bercerai dengan Bu Inggit, Bung Karno menikah dengan Fatmawati. Dalam pernikahan yang berlangsung di Bengkulu itu, Juni 1943, Bung Karno diwakili Sardjono, seorang kawan Bung Karno di Bengkulu Cindy Adams, 2000; Lambert Giebels, 2001; Fatmawati Sukarno, Fatmawati Catatan Kecil Bersama Bung Karno, 2016.Bu Fat lalu pindah berkumpul dengan suaminya di Jakarta dan tinggal di Pegangsaan Timur 56. Di rumah itulah kemudian diselenggarakan pesta pernikahan mereka, 22 Agustus 1943 Lambert Giebels, 2001. Di rumah itu pulalah Bung Karno dikaruniai putra pertama, Guntur Soekarnoputra, 3 November 1944. Di sana juga Bu Fat menjahit Bendera Pusaka juga Merawat Kenangan Fatmawati Soekarno di BengkuluTulisan ini memang hanya sebatas kisah awal rumah di Pegangsaan Timur 56 itu menjadi kediaman Bung Karno. Tentu banyak kisah penting lain di rumah bersejarah tersebut. Sayang, bangunan asli rumah itu atas perintah Presiden Soekarno sendiri dibongkar awal tulisan ringkas ini mengingatkan kembali pada sekilas riwayat rumah yang pernah menjadi kediaman salah seorang pendiri republik ini. Sebuah rumah tempat dikumandangkannya Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, 76 tahun yang Republik Lukman, Peminat Sejarah Nasional Indonesia
Proklamasiini dilaksanakan di Jalan Pegangsaan Timur No. 56 Jakarta. Pernyataan kemerdekaan tersebut disambut bahagia dan suka cita oleh masyarakat Indonesia diberbagai daerah. 15 Agustus 1945 sekitar pukul 21.30 WIB, para pemuda yang dipimpin oleh Wikana dan Darwis datang ke rumah Soekarno di Pegangsaan Timur No. 56 Jakarta. Wikana dan
Adadiskon hari ini kost Pegangsaan dua Jakarta Utara siap huni. Ajukan sewa dan nikmati survei kost online untuk menghemat waktu. #EnaknyaNgekos bareng tepatnya di Jalan Pegangsaan Timur no. 56 dilaksanakan pembacaan teks proklamasi Indonesia untuk pertama kalinya pada 17 Agustus 1945 pukul 10.00. Setiap kali bangsa Indonesia
Paskibrakalahir pada Jumat, 17 Agustus 1945, di Jl Pegangsaan Timur No. 56, Jakarta tepat pukul 10.00 pagi. Paskibraka pertama ada dua orang yaitu Latief Hendranigrat dan Suhud. 04 Aug 2022
ProklamasiKemerdekaan Indonesia dilakukan pada 17 Agustus 194 di Jalan Pegangsaan Timur no. 56, Jakarta dan dibacakan oleh Ir. Soekarno. Selasa, 26 Juli 2022 08:53 WIB Penulis: Farrah Putri Affifah
JalanImam Bonjol No. 1 Jakarta; Jalan Pegangsaan Timur No. 56 Jakarta; Jalan Perintis Kemerdekaan No. 36 Jakarta; Semua jawaban benar; Jawaban: C. Jalan Pegangsaan Timur No. 56 Jakarta. Dilansir dari Encyclopedia Britannica, pada tanggal 17 agustus 1945, hari jumat, pukul 10.00 wib, ir. soekarno dengan didampingi drs. moh. hatta membacakan
DWDDw2. w6bo7v777t.pages.dev/383w6bo7v777t.pages.dev/115w6bo7v777t.pages.dev/231w6bo7v777t.pages.dev/416w6bo7v777t.pages.dev/363w6bo7v777t.pages.dev/120w6bo7v777t.pages.dev/321w6bo7v777t.pages.dev/101
jalan pegangsaan timur no 56 jakarta